GARUT60DETIK.COM, KOTA BANDUNG – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag, Jumat (14/07/2023), mengukuhkan dua Guru Besar di Aula Utama FEBI.
Kedua guru besar yang dikukuhkan itu adalah Prof. Dr. Budiman, M.Si, MM, CEA (Bidang Ilmu Manajemen) dan Prof. Dr. Deni Kamaludin Yusup, M.Ag (Bidang Hukum Ekonomi Syariah). Acara dihadiri oleh unsur Dekanat, para Ketua/Sekretaris dari Manajemen Keuangan Syariah, Manajemen, Akuntansi Syariah, dan Ekonomi Syariah, Ketua Laboratorium, para dosen, dan tenaga kependidikan, termasuk keluarga dan handai taulan.
Prof. Dr. Budiman, SE, M.Si – Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen yang baru dikukuhkan, sebelum meyampaikan orasi ilmiahnya berjudul “Hutanomics : Sebagai Alternatif Strategi Pembangunan Ekonomi Hijau Berkelanjutan”, sempat mengungkapkan suasana batinnya antara haru, bahagia dan bangganya.
“Sungguh sulit saya mencari kata untuk merangkai kalimat yang tepat, guna menggambarkan suasana batin saya saat ini – yang terkecamuk antara rasa haru, bahagia, dan bangga, karena dapat berdiri di sini untuk menyampaikan orasi dalam rangka pengukuhan sebagai guru besar,” ungkapnya
Bagaimana tidak, sebut Profesor Budiman, karir dirinya yang lama malang melintang di lingkungan pemerintahan, setelah melalui perjalanan sangat panjang – di penghujung karier, beralih menjadi pendidik dengan menyandang jabatan sebagai guru besar di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD)
“Maha Besar Allah – The Greatest of all_,” ucapnya lirih.
Budiman, sosok lemah lembut asli Garut ini, sebelum pindah ke UIN SGD, dibesarkan dalam dunia birokrasi, bahkan sempat menjadi Plt. Sekretaris Daerah, meski core jabatan selebihnya tidak pernah jauh dari bidang ekonomi, juga sempat mengajar cukup lama di Universitas Garut.
Dalam orasi ilmiahnya, ia menyatakan, salah satu motif ekonomi paling kuat dari globalisasi ekonomi, adalah pertumbuhan ekonomi yang tak kenal batas. karenanya, perdagangan internasional telah menjadi pilihan utama, sekaligus jaminan kemakmuran paling konkret.
Melalui aktivitas ini, kata Budiman, diyakini produksi dalam negeri dapat ditingkatkan, standar hidup masyarakat dapat diperbaiki, dan isolasi bangsa-bangsa dapat dibuka seluas-luasnya, pertumbuhan ekonomi sebuah negara menjadi argumen utama banyak negara, dalam mengarungi kancah perdagangan global. Akan tetapi, gagasan pertumbuhan ekonomi dimaksud, sama sekali bukan tanpa kesulitan.
“Kesulitannya, bukanlah menyangkut manfaatnya sebagai alat ukur efektif bagi perbaikan taraf hidup masyarakat, melainkan pada motifnya yang terdalam,” ujarnya.
Faktor pendorong semua itu, sebut Budiman, selain pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai 3 (tiga) persen per tahun, ditopang pula dengan perdagangan internasional yang berkembang sangat cepat, yaitu rata-rata 5 persen per tahun. Pertumbuhan perdagangan dunia tersebut, tentunya berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi banyak negara.
“Sayangnya, di balik keberhasilan yang menakjubkan tersebut, kita menyaksikan kerugian sangat besar pada lingkungan hidup kita,” tuturnya.
Budiman mencontohkan, transportasi yang membutuhkan banyak energi, bisa menghabiskan cadangan minyak dunia dan meninggalkan polusi dahsyat akibat emisi carbon dioksida yang melonjak hingga 3 kali lipat dari sebelumnya.
“Pertanyaannya, seberapa besarkah social cost, yang harus dibayarkan, akibat kerusakan alam dan tata hubungan antara manusia dengan alam, yang diam-diam mendatangkan wabah penyakit, memperparah kemiskinan, bahkan kerugian sosial budaya,” tuturnya.
Professor Budiman menyatakan, dalam praktiknya, _social cost_ tersebut seyogianya menjadi kebijakan pemerintah setempat, karena merekalah yang memiliki otoritas guna menentukan sejauh mana sebuah produk atau komoditi dalam memenuhi persyaratan lingkungan hidup.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan konsep pengelolaan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan, yang dapat mencegah deforestasi serta menjaga kelestarian alam, berkeadilan namun tetap produktif.
“Jawabannya adalah dengan menerapkan hutanomic secara konsisten,” ungkap Budiman.
Tinggalkan Balasan